BAGI KEBANYAKAN ORANG, BEKERJA ITU MENJENGKELKAN

by kompas health

Barangkali banyak dari kita yang berupaya menutupi jati diri, atau kehilangan jati dirinya saat berinteraksi di dalam dunia kerja. Tentu tidak mengherankan, karena dunia kerja selalu syarat dengan hal-hal yang bisa dibilang sedikit merepotkan. Kita sering diusik dengan relasi buruh dan majikan, adaptasi dengan rekan kerja, bahkan seandainya mau naik jabatan kita perlu banyak mengangguk pada atasan alih-alih memperjuangkan aspirasi diri. 

Ini bukan munafik, atau membohongi diri sendiri. Ini bagian dari bagaimana seseorang berupaya sebisa mungkin untuk tetap bertahan dalam dunia kerja. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan tetap dianggap relevan hidup di dunia yang serba cepat dengan berbagai inovasi teknologi yang sewaktu-waktu mendepak kita dari persaingan tenaga kerja. 

Masalah-masalah struktural seperti ini yang memungkinkan pekerja menyembunyikan berbagai aspek internal dalam dirinya. Soal ideologi, agama, keluarga, bahkan selera humor kita tidak lagi bisa lepas dari tawa lugu jokes bapak-bapak untuk menyenangkan bos kita. Seringkali kita juga terjebak dengan hal-hal yang menyebalkan seperti bullying dari rekan kerja atau atasan, dan dengan rela melakukan kerja-kerja abstrak yang secara tupoksional bukan berada pada ranah posisi kerja kita, misal, membelikan bos pulsa, menemaninya untuk tarik tunai di bank, atau sekadar mengambilkan barang yang tertinggal di rumahnya.

Dunia kerja penuh dengan hal-hal yang menjengkelkan. penuh dengan berbagai topeng sosial, sehingga kita lupa untuk mempertanyakan mengapa ini terjadi? Apa yang membuat kita terperangkap sehingga kehilangan jati diri kita?

KAPITALISME DAN ALIENASI

Untuk menelusuri akar dari masalah struktural ini, perlu kiranya kita memahami dengan kaffah apa itu kapitalisme? Bagaimana cara kerjanya? Dan apa implikasinya bagi kita kaum pekerja?

Kapitalisme merupakan suatu sistem dunia yang lahir dari dominasi suatu kelas sosial bernama borjuasi, atau bisa kita sebut sebagai kaum pengusaha. Kaum pengusaha ini memulai karir penguasaannya pada awal abad-16, dengan mulai berkembangnya perdagangan antar benua karena runtuhnya peradaban islam dan usainya perang salib. Runtuhnya peradaban islam dan usainya perang salib membuka jalur perdangan antar benua yang menjadi embrio sistem kapitalisme dikemudian hari.

Sistem ini mulai tumbuh dengan berbagai inovasi teknologi yang mendorong industrialisasi di Eropa, terutama berkat dari munculnya mesin tenaga uap di Inggris. Kemenangan pertama kaum pengusaha, lahir dari revolusi parlemen pertama di Inggris yang terjadi pada tahun 1688. Revolusi ini seringkali disebut sebagai "The Glorious Revolution".

Revolusi ini ditandai dengan digulingkannya kekuasaan Raja dan diganti dengan sistem parlementerisme. Parlemen ini yang kemudian mewadahi aspirasi-aspirasi kaum pengusaha untuk pertama kalinya. Lahirnya revolusi ini berdampak pada kondisi ekonomi politik Inggris pada waktu itu. Orang-orang sudah mulai meninggalkan corak produksi feodal berbasis petani hamba dan tuan tanah menuju kapitalisme yang berbasis buruh dan majikan. 

Relasi kerja ini kemudian didukung dengan kebijakan yang diadaptasi dari aspirasi kaum pengusaha di parlemen. Kita bisa melihat dalam sejarah bagaimana buruh diperlakukan. Mereka bekerja lebih dari 12 jam, upah murah, lingkungan kerja yang tidak manusiawi, banyak kecelakaan kerja dst. 

Ini merupakan garis start dari sistem eksploitasi yang sedang berlangsung. Petani-petani sisa dari sistem lama digusur, industrialisasi semakin marak dimana-mana. Urbanisasi dari desa ke kota mulai masif dilakukan untuk memenuhi permintaan tenaga kerja. 

Sistem ini memaksa kita untuk bekerja sesuai dengan kebutuhan kaum pengusaha, kerja-kerja yang tidak dilakukan dalam kaitannya sirkulasi modal bukan lagi dianggap pekerjaan seperti membaca, memancing, atau bekerja sosial. Mereka dikategorikan sebagai penganggur, dan bagi pengusaha, itu adalah dosa. 

Kita dibiasakan untuk bekerja secara produktif untuk mencetak keuntungan sebesar-besarnya untuk kaum pengusaha. Watak antagonisme kelas pengusaha ini terlihat jelas ketika kita menghubungkannya dengan problem alienasi. Karena kebutuhan pengusaha adalah buruh yang produktif, mereka tidak akan mau tahu bagaimana kita menjalani hidup. Selama kita bisa adaptif, bisa bekerja sama, tekun dan patuh pada atasan, selama itu kita bisa bertahan dalam dunia kerja. 

Relasi buruh dan majikan ini yang kemudian membuat kita bersaing dengan sesama pekerja, seolah kita diadu dalam satu ring tinju dengan teman sekawan sendiri. Kita dipaksa untuk memuaskan hasrat akumulasi modal kaum pengusaha. Ini yang membuat pekerja tak lagi mampu untuk menjadi dirinya sendiri, untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu. 

STRATEGI KEMENANGAN: PERJUANGAN KELAS PEKERJA DAN PEREBUATAN ATAS NEGARA

Kita bisa melihat bagaimana kaum pengusaha memenangkan kelasnya untuk pertama kali. Bagaimana mereka mulai berbahagia dan lepas dari belenggu feodalisme, disana kita harus memulai, perjuangan untuk merebut otoritas yang disebut "negara". Kaum pengusaha mampu mengintegrasikan kekuatannya melalui perjuangan politik dan kekerasan sebagai alat untuk mencapai kemenangannya, memanfaatkan institusi-institusi negara untuk melegitimasi hasrat akumulasi modal mereka. 

Kita juga bisa memulai dengan hal yang sama, dengan mengintegrasikan kekuatan dan mengorganisir gerakan kaum pekerja untuk merebut negara. Di Indonesia, terdapat 142,18 juta lebih rakyat pekerja, bayangkan jika mereka semua menuntut hak secara terorganisir. Melakukan aksi mogok kerja secara masif di pelabuhan-pelabuhan, pabrik-pabrik dan berbagai macam institusi. 

Gerakan ini akan memberikan dampak signifikan terhadap kondisi ekonomi nasional bahkan global. Memberikan desakan yang mutakhir terhadap negara agar memenuhi hak-hak kelas pekerja. Sembari mengintegrasikan diri, kita bisa menyusun strategi jangka panjang dan menciptakan wadah politik progresif dalam bentuk partai yang akan menjadi poros perjuangan kelas pekerja untuk melawan kapitalisme dan menghilangkan alienasi sepenuhnya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama